Kisah Detektif Sherlock Holmes : Peristiwa Di Sekolah Priory

Banyak sekali orang yang telah masuk-keluar tempat kediaman kami di Baker Street, masing-masing dengan membawa masalah mereka yang dramatis. Tetapi yang paling mengejutkanku ialah munculnya Thorneycroft Huxtable, M.A, Ph.D., dan macam-macam gelarnya yang lain, secara tiba-tiba. Kartu namanya sampai-sampai kelihatan terlalu kecil untuk menampung deretan titel akademisnya. Kartu itu ditunjukkan kepada kami, lalu diikuti dengan pemiliknya yang masuk ke kamar kami beberapa detik kemudian—badannya begitu besar, kokoh, dan anggun, sehingga dia pastilah seseorang yang penuh percaya diri. Namun begitu dia melangkah masuk dan menutup kembali pintu, dia berjalan sempoyongan menuju meja dan terjatuh ke lantai. Di atas permadani kulit beruang tokoh yang besar dan agung itu tersungkur pingsan tak berdaya.

Kami terperanjat, dan selama beberapa detik kami hanya memandangi tubuh kekar yang roboh itu sambil menduga-duga bahwa orang itu pastilah sedang menghadapi badai kehidupan yang fatal dan yang menimpanya secara tiba-tiba. Kemudian Holmes cepat-cepat mengambil bantal kursi untuk mengganjal kepalanya dan aku sendiri mengambil brendi untuk menyegarkan mulutnya. Pada wajahnya yang gemuk dan pucat itu jelas terlihat goresan-goresan kepedihan, lipatan-lipatan hitam di bawah matanya yang terpejam, kedua sudut mulutnya yang tertarik ke bawah, dan dagunya yang sudah lama tak dicukur. Kemeja dan dasinya menunjukkan bahwa dia telah menempuh perjalanan panjang. Bentuk kepalanya bagus, tapi rambutnya kaku dan awut-awutan. Sungguh, orang yang berada di depan kami ini adalah seseorang yang sedang mengalami depresi hebat.

“Kenapa orang ini, Watson?” tanya Holmes. “Kehabisan tenaga—mungkin hanya karena kelaparan dan keletihan,” kataku sambil memegang urat nadinya yang berdenyut dengan lemah.

…..